Samarinda (ANTARA Kaltim) - Anggota DPRD Kaltim Ahmad Rosyidi mengingatkan agar pada pelaksanaan program Beasiswa Kaltim Cemerlang jangan ada dikotomi didalamnya. Politisi Partai Persatuan Pembangunan ini juga menyayangkan adanya ketidakseimbangan porsi yang diberikan pada penerima beasiswa dengan kategori pendidikan umum dengan penerima beasiswa yang menempuh pendidikan agama.
“Apakah penerima beasiswa Strata Satu maupun Strata dua pada pendidikan umum dengan pendidikan agama porsinya sudah sama? Tidak boleh ada dikotomi pada program pendidikan ini,†kata Ahmad usai menghadiri penyerahan Beasiswa Kaltim Cemerlang di GOR Segiri Samarinda, Senin (22/9) kemarin.
Hadir bersama Anggota DPRD Kaltim lain yakni Rita Artaty Barito, Syarifah Masitah Assegaf, Rama Alexander Asia, Saefuddin Zuhri dan Siti Qomariah, wakil rakyat kelahiran 7 April 1974 ini juga mengatakan, pemberian Beasiswa Kaltim Cemerlang harus benar-benar merata.
Ia mengakhawatirkan, ketidakmerataan pada golongan penerima beasiswa dengan kategori pengetahuan umum dengan pengetahuan agama berdampak kurang baik karena antara knowledge dan ilmu pengetahuan tidak seimbang.
Tahun ini Beasiswa Kaltim Cemerlang yang dananya digelontorkan lewat APBD Kaltim sebesar Rp 121,153 Miliar dengan total penerima sebanyak 50.274 orang dengan delapan kategori penerima, yaitu kuota Kabupaten/kota se Kaltim dan Kaltara, Perguruan Tinggi se-Kaltim dan Kaltara, penerima umum dan program kerjasama, beasiswa penghargaan, kualifikasi guru, tuto Paud, Sekolah Khusus Olahraga Internasional dan beasiswa khusus Diploma Kesehatan.
“Dari jumlah yang disebutkan tadi ada perbedaan yang mencolok antara penerima beasiswa pendidikan umum dengan pendidikan Agama. Itu Dikotomi namanya,†tegas Ahmad Rosyidi tanpa menyebutkan detail jumlahnya.
Sehingga, adanya perbedaan yang mencolok tersebut perlu dievaluasi agar kedepan ketimpangan tidak terjadi lagi. Apalagi selama ini selalu digaungkan mengenai pemerataan pendidikan, kondisi ini bertolak belakang dengan realisasi porsi yang diberikan.
Ia juga mempertanyakan penyediaan beasiswa bagi pada DA’I maupun Agamawan. Menurutnya, para DA’I maupun agamawan yang setiap harinya memberikan pencerahan kepada ummat, semestinya dengan peran luar biasa tersebut diberi kesempatan untuk meningkatkan edukasi.
“Adakah beasiswa S1 dan S2 bagi para DA’I maupun agamawan? Setiap hari mereka memberikan pencerahan kepada ummat, mereka memiliki peran yang luar biasa di masyarakat tapi kurang mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan edukasinya,†urai Ahmad.
Pemberian beasiswa kepada anak dan cucu Veteran di Kaltim juga dipertanyakannya. “Komunitasnya banyak, tak hanya veteran, cucu dan anak dari kepolisian misalnya, anak kiai maupun pemuka agama serta tokoh-tokoh masyarakat juga bagian dari komunitas yang ada,†jelas Ahmad.
Menyinggung adanya kemajuan dan perbaikan dalam pemberian beasiswa Kaltim Cemerlang, Ahmad kembali mempertanyakan kompensasi apa yang perlu diberikan bagi peserta didik yang semestinya berhak mendapatkan beasiswa pada tahun-tahun awal dibukanya kesempatan mendapatkan beasiswa, namun mereka tidak bisa mendapatkan beasiswa dikarenakan adanya kelemahan dalam pola pemberian beasiswa.
Penerima beasiswa Kaltim Cemerlang, seharusnya ada Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah agar perhatian daerah pada dunia pendidikan mendapat feedback.
“Terutama penerima beasiswa yang mengemban pendidikan diluar, mereka harus kembali ke daerah untuk memberikan kontribusinya sebagai putera daerah untuk Kemajuan Kalimantan Timur. Evaluasi harus terus dilakukan, harus sesuai target dan harapan, kalau perlu lakukan MoU,†sebutnya. (Humas DPRD Kaltim/adv/lia/dhi)
Jangan Ada Dikotomi Beasiswa Kaltim Cemerlang
Selasa, 23 September 2014 7:30 WIB