Pontianak (ANTARA News) - Salah seorang eks Gafatar asal Cilacap yang
kini berada di penampungan Bekang Kodam XII Tanjungpura, menyatakan
pindah ke Mempawah hanya untuk bercocok tanam dan tidak ada tujuan lain.
"Kami datang kesini hanya mau bercocok tanam saja," kata Tera (31)
saat ditemui di penampungan yang berlokasi di Kecamatan Sungai Raya,
Kabupaten Kubu Raya, Rabu.
Ia menjelaskan, dirinya dan beberapa temannya baru sebulan berada di
Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Mempawah untuk mengembangkan
pertanian apa saja di daerah tersebut.
"Istri dan anak saya belum ikut, rencananya setelah siap, baru
mereka saya bawa, tetapi keburu terjadi permasalahan sehingga kami
dievakuasi," ungkapnya.
Tera menambahkan, alasan dirinya tetap bergabung dengan kelompok
tersebut, karena ingin mengembangkan sektor pertanian dan tidak ada
motivasi lainnya.
"Karena sesuai dengan motto, Presiden pertama RI Soekarno, suatu
negara kalau mau kuat dan maju, maka sektor pangan atau pertaniannya
harus bagus, sehingga tidak tergantung pada negara lainnya," ujar Tera
yang mengaku sarjana pendidikan alumni Universitas Negeri Yogyakarta
tersebut.
Menurut dia, alasan mendasar dirinya dan teman-teman lainnya tetap
ikut kelompok eks Gafatar adalah untuk mengembangkan program kedaulatan
pangan di Indonesia.
"Karena generasi sekarang umumnya tidak mau bertani, tetapi giliran kami mau bercocok tanam kok dipermasalahkan," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, dengan berkumpulnya eks anggota Gafatar,
maka akan memudahkan pemerintah dan instansi terkait untuk memantau
kegiatan eks Gafatar tersebut.
Sementara itu, Wasito (41) eks Gafatar juga asal Cilacap mengaku masih trauma barak mereka dibakar massa.
"Selama ini kami bisa hidup rukun, dengan warga setempat, sehingga
kami bingung tiba-tiba ada masalah dan tiba-tiba sudah diberikan batas
waktu harus meninggalkan Desa Pasir yang dia tempati selama tiga bulan
tersebut," ujarnya.
Menurut dia, dirinya dan rekan-rekannya dulunya memang pernah ikut organisasi Gafatar, tetapi sekarang tidak lagi.
"Sehingga
kami tidak mengerti tiba-tiba ada masalah seperti ini. Tadinya mau
mengembangkan keramba ikan nila, tetapi keburu ada masalah seperti ini,"
kata Wasito yang enggan dipulangkan ke daerah asal, karena harta
bendanya sudah dijual untuk modal pindah ke Kalbar.
Sebelumnya, Bupati Mempawah Ria Norsan mengatakan seusai rapat
koordinasi pihaknya sepakat untuk mengevakuasi eks Gafatar itu untuk
meninggalkan Mempawah.
Salah satu lokasi permukiman eks Gafatar
tersebut, adalah di Km 12 Moton Asam, Desa Antibar, Kecamatan Mempawah
Timur, sejumlah truk milik TNI berikut anggota dikerahkan guna
mengevakuasi warga eks Gafatar tersebut.
"Mereka sudah bersedia
kita evakuasi dan dikembalikan ke daerah asal. Evakuasi dilakukan dengan
menggunakan sejumlah armada yang sudah disiapkan dan selanjutnya akan
dibawa ke Pontianak," ujar Ria Norsan.
Pemulangan tersebut
nantinya menggunakan kapal laut. "Kita sudah tangani soal dana
pemulangan mereka sesuai kemampuan, mengenai aset-aset mereka semua
nanti juga akan kami urus," ujarnya.
Data Pemkab Mempawah ada sekitar 749 jiwa warga eks Gafatar yang bermukim Desa Antibar, Kecamatan Mempawah Timur tersebut.
Warga eks Gafatar yang umumnya berasal dari Pulau Jawa itu mengaku
pasrah dan akhirnya berkenan menerima tawaran evakuasi menyusul 10
perwakilan mereka yang sejak Senin (18/1) malam sekitar pukul 23.30 WIB
sudah terlebih dahulu dievakuasi ke Polda Kalbar. (*)
Pengakuan Para eks Gafatar asal Jawa di Kalimantan
Kamis, 21 Januari 2016 10:18 WIB