Kuala Lumpur (ANTARA News) - Lahir lalu bertumbuh dengan tangan yang
kaku juga tidak bertumbuh dan berfungsi sempurna pernah membuat Nur
Ferry Pradana, atlet lari Indonesia peraih medali emas ASEAN Para Games
ke-9, Kuala Lumpur, Malaysia, malu keluar rumah.
"Itu ketika masih sekolah dasar. Banyak anak-anak yang mengejek
saya," ujar Nur Ferry ketika ditemui di Stadion Bukit Jalil, Malaysia,
Selasa.
Beruntung, Nur Ferry memiliki keluarga yang begitu mendukungnya.
Ayah, Ibu dan adiknya selalu menjadi tempat berlindung paling kokoh di
saat ada pihak-pihak yang menyudutkan hanya karena fisiknya "berbeda"
dari kebanyakan orang.
Kepercayaan diri yang terus dipompakan ke dirinya, ditambah dukungan
dari pihak sekolah, membuat Nur Ferry perlahan-lahan bangkit.
Pandangan-pandangan sepele, tanggapan-tanggapan meremehkan
ditelannya mentah-mentah. Sebagai seorang bocah, mentalnya pun semakin
terasah dan tidak pernah minder lagi setelahnya meski berada di tengah
orang-orang "normal".
"Saya selalu bersekolah di sekolah biasa. Terakhir saya menempuh
pendidikan di SMK Negeri 3 Tenggarong. Pandangan sebelah mata
orang-orang berubah seiring prestasi yang saya dapatkan," kata atlet
kelahiran 7 Desember 1995 itu.
Terlepas dari kondisi tangannya, bakat lari yang mengalir dalam
dirinya kemudian membawa Nur Ferry masuk ke Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia (PASI), sebelum kemudian dia dilirik oleh Komite Paralimpiade
Nasional (NPC) Kalimantan Timur.
NPC pun meminta Nur Ferry untuk turun di Pekan Paralimpik Provinsi (Peparprov) di Samarinda, Kalimantan Timur, tahun 2015.
"Di sana saya berhasil mendapatkan tiga medali emas. Kemudian, tahun
2016, saya saya ikut di Pekan Paralimpik Nasional ke-15 di Bandung dan
memperoleh satu medali emas beserta dua medali perak," kata anak pertama
dari dua bersaudara ini.
Sinar Nur Ferry semakin terang setelah pemerintah memanggilnya untuk
ikut ke dalam pemusatan latihan nasional kontingen Indonesia yang akan
berkompetisi di ASEAN Para Games ke-9 tahun 2017 di Kuala Lumpur,
Malaysia.
Baru pertama kali ikut ASEAN Para Games, Nur Ferry langsung
ditargetkan emas. Alih-alih beban, dia menyebut target itu memberikan
motivasi tambahan pada dirinya.
"Saya ingin membuktikan diri melalui prestasi. Jadi apapun yang
diminta pelatih, saya akan berusaha keras mencapainya," tutur dia.
Target itu pun tercapai sudah. Nur Ferry Pradana yang bertanding di
nomor lari 400 meter T47 putra berhasil mempersembahkan medali emas
kelima pada siang itu dengan waktu 50,49 detik.
Atlet asal Tenggarong, Kalimantan Timur ini menghentikan perlawanan
atlet Filipina Arman Dino yang memperoleh medali perak dengan catatan
waktu 52,77 detik dan Yamee Sutata dari Thailand dengan waktu 53,38
detik.
"Medali emas ini untuk negara, keluarga, pelatih dan teman-teman.
Terutama keluarga, yang selalu melindungi dan mendidik sehingga saya
bisa mandiri. Ke depan, saya ingin tampil di Asian Games 2018 di
Indonesia dan mudah-mudahan bisa ke Paralimpiade tahun 2020 di Tokyo,"
tutur Nur Ferry, yang mengaku sudah memiliki seorang kekasih nan jelita. (*)
Dulu Malu Keluar Rumah, Kini Berkalung Medali Emas
Selasa, 19 September 2017 17:12 WIB