Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi
menginginkan pemusatan latihan nasional (Pelatnas) terpusat di satu
tempat dan yang menjadi pilihannya adalah Cibubur di mana berdiri Rumah
Sakit Olahraga Nasional.
"Saya ingin demikian karena seluruh rekam medik atlet itu dipusatkan
di sana, pemanfaatan sport science di sana, tes fisik dan psikologi di
sana, kalau bisa Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima)
juga berkantor di sana agar selain ke depan kita punya database yang
konkret tentang record mereka, peningkatan prestasi atlet juga lebih
efektif dan efisien jika dengan Prima berkantor di sana juga," kata Imam
di Jakarta, Selasa.
Sementara untuk atlet pelapis, lanjut Imam, pihaknya akan
memanfaatkan fasilitas di Jakabaring, Palembang dan Jawa Barat yang
digunakan pasca-PON.
"Sehingga pelatnas tidak tersebar lagi di banyak tempat, kecuali
cabang olahraga yang sudah punya pelatnas sendiri seperti voli dan bulu
tangkis, tapi yang lain harus mengikuti apa yang diputuskan," ujarnya.
Apa yang disampaikan Imam ini walau tidak dpisampaikan secara
gamblang, tersirat hal itu tak lepas dari evaluasi dari capaian SEA
Games 2017 yang menjadi catatan terburuk Indonesia dalam mengarungi
pesta olahraga multi cabang negara-negara Asia Tenggara tersebut sejak
keikutsertaan pertama pada 1977.
Dari target 55 medali emas, Indonesia hanya memperoleh 38 medali
emas, ditambah 63 perak dan 90 perunggu yang didapatkan dengan
mengirimkan 530 atlet resmi dalam 36 cabang olahraga sehingga
menempatkan Indonesia di urutan lima klasemen perolehan medali.
Akan tetapi beberapa orang menilai permasalahan utama yang terjadi
sehingga prestasi Indonesia di SEA Games 2017 tidak sesuai ekspektasi
adalah karena status Prima yang hanya menjadi pelaksana sehingga tidak
memiliki kuasa pengaturan anggaran.
Akibatnya ada suara-suara yang menilai perlunya status Satlak Prima
diubah menjadi Satuan Kerja (Satker). Imam sendiri menyambut positif
usulan itu.
"Kita sudah membicarakan ini, saya kira itu akan lebih efisien
sebetulnya, mereka mengetahui persis kebutuhan yang diinginkan
masing-masing atlet dan cabang olahraga. Seperti INASGOC, dana yang ada
kita gelontorkan ke mereka dan dikelola mereka. Tapi tentu dengan
mekanisme tanggung jawab yang akuntabel dan harus ada pengontrolnya
seperti inspektorat, kejaksaaan dan kepolisian," ucap Imam menambahkan.
Namun Imam juga mengusulkan Satlak Prima memangkas jumlah
personelnya dari 90, jadi maksimal 30 orang yang tidak lain alasannya
adalah demi efisiensi dan efektifitas
"Pertimbangannya jangan ada dobel anggaran dan dobel SDM. baik yang ada di PB maupun di Prima," ucapnya. (*)
Menpora Ingin Pelatnas Terpusat Satu Tempat
Rabu, 20 September 2017 10:10 WIB